Minggu, 20 Agustus 2017

My adventure is begin (Sekilas sejarah Politik Sudan)

Hari ini tanggal 20 Agustus 2017. Itu artinya 20 hari sudah saya tinggal di negeri ‘penuh perjuangan’ ini (ga berasa yak). Siapapun yang bertanya pada saya “Bagaimana Sudan? betah ga?” jawaban saya tetap senada,’ SUDAN ADALAH CERITA TENTANG PERJUANGAN’. Saya sebut demikian, karena menurut kacamata pengamatan saya Sudan memang negara yang jauh dari unsur kemewah – mewahan. Sejak keluar bandara, hal pertama yang tertangkap mata saya adalah ‘kendaraan’. Tak tampak satu pun mobil mobil mewah sekelas Alphard, BMW, atau Landcruiser yang sering saya jumpai di Doha. Termasuk mobil jemputan saya, mobil yang bisa di bilang mini Elf, yang kalau di Indo ini mobil tipe lama syekalih sepertinya, mobil berkapasitas kira - kira 7 orang non supir, tanpa AC (entah rusak, atau memang irit bensin, hihi saya tak taulaah). Selama perjalanan mata saya disuguhi pemandangan yang bisa saya bilang Indonesia tahun 80’an, hehe. Tak ada gedung –gedung mewah, gemerlap, yang ada hanya bangunan – bangunan sederhana, yang sebagian masih dalam tahap pembangunan.


Kenapa demikian?
Sebelumnya mari kita tengok sedikit  historical nya Sudan. Sudan merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah perjuangan panjang untuk akhirnya sampai pada titik ‘Kemerdekaan’ nya pada 1 Januari 1956, setelah sebelumnya sempat di jajah oleh Britan, Mesir, dan juga Turki. Kemerdekaan ini pun tidak lantas menjadikan Sudan terbebas dari masalah dan melenggang menuju kemajuan. Pasca kemerdekaannya sudan justru menghadapi 3 masalah besar, yakni UU yang tak kunjung mencapai nota kesepakatan, masalah Sudan Selatan yang ingin memisahkan diri dari Republik Sudan, juga masalah pengembangan Sudan. Hal ini juga diperparah dengan konflik ideology yang terjadi antar partai yang kesemuanya ingin mencoba peruntungan untuk menyelesaikan 3 masalah tadi.


Itu baru masalah internal negara. Masalah Luar yang di hadapi Sudan pun tak kalah membingungkan dan bikin dilema. Bagaimana tidak, hingga hari ini setidaknya hampir 3 dekade Amerika menghukum perekonomian Sudan dengan berbagai alasan. Di mulai karena keterlambatan Sudan dalam membayar hutang – hutangnya, tuduhan bahwa Sudan mendukung gerakan Terorisme, karena pernah menjamu pimpinan AlQaeda (Osama Bin Laden) pada tahun  1991, dan alasan – alasan lainnya. Belum lagi permintaan Amerika agar Sudan melepaskan Sudan selatan dengan iming iming akan mencabut ‘embargo’ nya pada Sudan yang ternyata tak mengubah apapun.


Ya semua faktor inilah yang menurut saya menjadikan Sudan dan seisinya hingga saat ini sungguh serba sederhana☺. Mulai dari tempat tinggal, transportasi, sekolah, universitas, pusat perbelanjaan dan lain lain yang bisa saya katakan persis seperti Indonesia tahun 80 atau 90 an.


Tapi walau begitu, hal penting yang membuat saya kagum akan Sudan adalah penduduknya yang ramah – ramah. Kamu bisa ucapkan salam pada siapapun yang kamu temui di jalan, kenal atau tidak. Bahkan saat kamu hendak menawar ‘reksyah’, supir reksyah akan menyapamu dgn salam, atau ketika kamu ingin membeli sayuran di pasar. Yaa walaupun mereka semua seringkali salah paham, dan mengira saya dan teman- teman saya itu org china, sehingga mereka sapa kami dgn kalimat “nihao” haha. Tapi tak apa lah, selama mereka ga salam sambil bersiul ala anak tongkrongan di gang gang Jakarta.


Banyak lagi hal hal unik menantang lainnya yang akan saya ceritakan di postingan – postingan selanjutnya, pastinya masih seputar Sudan dan seisinya.

Ok now my adventure is begin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar