Senin, 21 Agustus 2017

Transportasi Murah Meriah ala Sudan

Transportasi..
Salah satu hal penting yang harus kita tau ketika pergi kemanapun,  terlebih ketika berpergian ke luar negeri.  Yaa,  setidaknya ketika kita tau, kita bisa menjaga dompet kita dari kebocoran, hehe. 

 Tak seperti ketika saya tinggal di Doha,  Qatar yang harus membuat perhitungan dan pertimbangan panjang ketika hati teramat ingin jalan2. Pasalnya  Qatar hanya memiliki taksi (resmi, atau taksi gelap)  sebagai angkutan umum. Bus?? Ada,  cuma saya tak pernah tau di mana halte nya,  dan tak pernah berani, karena pengguna bus itu semua pekerja2 lelaki India (iii serem 😰). Maka itu tak jarang saya harus bersabar menunggu trip yg di sediakan asrama Secara gratis tanpa harus Merogoh kocek. 

Saya merasa sangat beruntung, saat tau bahwa angkutan umum di Sudan cukup beragam dan cukup murah.  Jadi,  pertimbangan seperti di doha itu tak ada lagi lah 😁. Yuk saya kenalkan angkutan umum apa aja yang ada di Sudan. 

REKSYAH. 
Kalau di Indonesia kita sebut angkutan ini dengan sebutan bajaj. Di Sudan namanya Reksyah,  angkutan yang cukup terbilang murah. Untuk jarak dekat (1-6km) harganya sekitar 7 - 15 pound sudan,. Kalau jarak jauh yaa berkisar antara 20-50 pound sudan. Kalau kita pandai nawar, kita bisa dapat harga bagus, sebisa mungkin nawar pake bahasa Sudan yaa, hehe. Walaupun bentuknya sama persis dengan bajaj,  namun warna dan strukturnya sedikit berbeda.  Reksyah di Sudan warnanya hitam,  dihiasi garis2 berwarna kuning tipis dan tanpa pintu. So buat kamu yang mau naik reksyah harus sangat berhati2 yaa. Jangan keluarkan barang2 berharga seperti HP,  krn ga jarang terjadi penjambretan 😱.
MUWASHALAT (BUS) 
Kalau orang Bandung pasti ga asing sama bentuk angkutan umum yg satu ini. Di Bandung biasanya kita sebut elf.  Angkutan umum satu ini juga ga kalah murah dari reksyah.  Harganya hanya berkisar 2-5 pound sudan aja.  Rutenya pun beragam. Nah,  yang unik dari angkutan ini adalah cara kita nyetopnya. Setiap rute memiliki kode berbeda2, tapi semua kode pake tangan dan jari yaa.. Kita harus hafal betul kode2 ini kalau ga mau kita kesasar.  Contohnya jika ingin ke daerah lafa juba,  kita cukup acungkan telunjuk kita dan gerakkan mengarah ke atas. Atau kalau mau ke daerah markaz acungkan telunjuk ke arah bawah.  Ke daerah sinia,  tiga jari kita (jempol telunjuk dan jari tengah)  arahkan ke bawah kemudian gerakkan memutar. Dan kode2 lainnya lagi. Hihi lucu yaa.. 
Bukan cuma itu,  cara turun dari angkutan ini pun cukup unik,  yakni dengan memetik jari kita. Lah,  saya dan teman saya ini kalau petik jari ga ada suaranya,  alhasil kita suka tepuk tangan aja,  dan org se angkot semua ngelirik dan ngetawain gtu.  Wkwkwkk.  


AMJAD
Angkutan umum ini bisa di bilang taksi yaa,  jenisnya mobil carry kecil kapasitas 7orang. Cukup praktis dan murah menurut saya jika kita mau bepergian utk jarak yg cukup jauh.  Apalagi kalau kita pergi beramai2, akan lbih murah lagi. Tapi note yaa jangan naik amjad sendiri,  terlebih kalau kamu perempuan. Soalnya Selain lebih mahal, rentan terjadi tindak kejahatan. Harganya berkisar 40-100pound sudan,  tergantung jarak tempuhnya. 
TAKSI
Untuk angkutan umum yang satu ini, saya justru belum pernah mencobanya.  Dan tak begitu tau berapa kisaran harganya.  Tapi taksi resmi milik negara ini tak jarang berkeliaran di jalan2 raya. 
SEPEDA MOTOR
Lain halnya dengan Qatar, sepeda motor hanya di gunakan untuk para deliver makanan. Di Sudan sepeda motor di gunakan oleh banyak penduduknya sebagai angkutan umu pribadi.  Bahkan beberapa warga negara Indonesia yang menetap disini juga memiliki kendaran beroda dua ini.  Uniknya,  penggunaan sepeda motor di Sudan tak begitu terikat UU lalu lintas yang ketat,  oleh sebab itulah Melihat pengendara sepede motor yang lengkap dengan helm itu adalah hal yg amat sangat langka di sini. 
Itulah kira kira angkutan umum tersebar di seluruh penjuru Sudan. Semoga bisa jadi informasi berguna untuk pembaca semua.. 
Salam dari dalam kelas,  yang ramai menunggu dosen.😁😁

Minggu, 20 Agustus 2017

Syeikh Specialist Hospital

Selalu ada hal yang bisa kita jadikan pelajaran atau bahkan mungkin kenangan manis saat kita telah jauh meninggalkan masa ini, jika kita tak menganggap kesulitan yg kita alami itu sebagai beban hidup..

Seperti pengalaman unik pergi antar teman berobat ke RS Syeikh Specialist, Khartoum,  yang letak nya tak berapa jauh dari kos2an tempat kami tinggal. 

Ceritanya salah satu teman sholihah saya sudah sejak 3 hari lalu mengalami demam tinggi, disertai sakit kepala mengcengkram (sett dah kek iklan obat 😆) . Puncaknya malam kemarin teman saya ini merintih kesakitan, dan memang ketika saya dekati, demamnya datang lagi dan bahkan lebih dahsyat dr sblmnya. 

Teringat tetangga kamar di kosan saya ini seorang dokter (tau gegara pernah rumpi di kamarnya 😋),  saya langsung ketuk pintu kamarnya dan bercerita tnt apa yg di alami teman saya ini. Dengan baik hati dia pun ('ajka namanya)  memberi resep berupa suntikan penurun demam dan tentunya bantu menyuntikkannya.  Ajka ini kemudian merekomendasikan utk mmbawa teman saya esok harinya ke RS terdekat agar bisa di diagnosa lewat pemeriksaan darah di lab.  Setelah berdiskusi akhirnya kita memutuskan utk pergi ke "SYEIKH SPECIALIST HOSPITAL" .

RS SYEIKH SPECIALIST HOSPITAL
Untuk menuju ke rs ini kami naik 'reksyah' seharga 15 pound sudan, bukan harga yg mahal kalau d banding kita harus jalan kaki 😁.
RS ini terletak di jalan Ebed Khatem,  dekat daerah lafa juba Khartoum Sudan. RS sederhana, namun menurut saya cukup mahal hahaha. Maklum belum tau bandingan harganya dengan RS lain.
Mahal memang,  untuk pendaftaran saja kita sudah di mintai 80pound sudan. 

Lalu setelah itu tanpa menunggu kami pun di arahkan ke ruang dokter utk berkonsultasi.  
Setelah bercerita pada dokter tentang apa yg di alami teman saya,  dokter mengarahkan kami agar teman saya ini diperiksa darah di lab yang letaknya tidak jauh dari ruang dokter ini. Kami pun harus membayar lagi utk pemeriksaan lab ini sebesar 100pound sudan. 

Setelah check darah di lab,  petugas lab bilang kalau hasilnya bisa diambil satu setengah jam kemudian.  Tapi,  tak sampai pun satu setengah jam, dengan baiknya petugas lab mencari dan menghampiri kami untuk memberikan hasil lab, yg harus kami konsultasikan kembali dengan dokter. 

Berdasarkan hasil lab,  dokter mendiagnosa bahwa teman saya ini terkena anemia alias kekurangan sel darah merah 😱😢.



Dokter pun lalu memberikan resep obat yg harus d konsumsi teman saya secara rutin selama 3bulan, dan obat2 lainnya.

Satu hal yang unik, dan menjadi tantangan kami ketika pergi ke tempat krusial sperti ini itu adalah bahasa.  Entah karena rasa nasionalisme orang2 sudan ini tinggi entah apa,  semua org dsni selalunya menggunakan bahasa darijiy (bahasa sudan). Bahasa ini yg berkali kali membuat kami gagal paham hahaha.  Sampai kami memaksa para petugas termasuk dokter utk berbicara pada kami dgn bahasa arab fushah. Yaa walaupun mereka terbata2 disertai senyuman ketika berbicara Fusha.  Ya alhamdulillah finally kami tau apa yg harus kami lakukan utk merawat teman kami.
Sembuh yaa haan

Ghubar oh Ghubar

Ghubar..
Begitu org2 sudan mengistilahkan fenomena alam berupa hujan debu yg terkadang dihiasi badai.. Yg menjadikan Sudan begitu istimewa di mata saya..
.
Boleh jadi banyak org menilai ini fenomena mengerikan seperti di gambar ini.


Tapi tidak bagi saya,  saya justru menikmati fenomena ini, smpai sempat2nya saya ambil video ini..hihi

https://www.instagram.com/p/BXquv_bApPflogrYhP3rM53treQ20_EBpOpiPs0/
.
Ko ghubar di nikmatin?
Yaa bgimna tidak, kalau kita teliti lebih jauh kita akan temukan bahwa ghubar ini cara ALLAH SWT meminimalisir cuaca panas luar biasa yg selalunya menghiasi Sudan.
.
Krn menurut pengalaman saya yang baru 20 hari di Sudan,  tapi sudah hampir 7 kali ngalamin ghubar hihi. Ghubar itu selalu datang ketika sudan sudah benar2 puanasss tak berujung. Dan biasanya ghubar ini berdurasi sekitar 15 - 20 menit.

Ghubar ini erat banget kaitannya dengan fenomena unik lainnya yaitu MATI lampu,  hihi..  Kebayang kan?  Uda puanasss mati lampu,  cooler ga nyala,  kadang plus air kamar mandi yg juga ikut mati 😆😆.

Tapi selow gaess.. Ga perlu ngeluh,  nikmatin aja, krn pada kenyataannya setelah ghubar berhenti, derajat kepanasan di Sudan turun drastis,  dan terkadang langsung di ikuti dgn gerimis hujan.
Kalo uda gitu buka aja jendela kamar,  dan wuuuzzzzz angin sejuk super damai menyapa kita.

Yaah memang ini lah salah satu kekuasaan ALLAH SWT,  yg patut di tadabburi dan syukuri.  Kapan lagi coba nyaksiin langsung badai pasir ?? Di indo mah ga ada.. Hehehe.

Karena hidup terlalu singkat untuk di keluhkan.. Terimakasih ALLAH SWT,  terimakasih atas ghubar Mu..

My adventure is begin (Sekilas sejarah Politik Sudan)

Hari ini tanggal 20 Agustus 2017. Itu artinya 20 hari sudah saya tinggal di negeri ‘penuh perjuangan’ ini (ga berasa yak). Siapapun yang bertanya pada saya “Bagaimana Sudan? betah ga?” jawaban saya tetap senada,’ SUDAN ADALAH CERITA TENTANG PERJUANGAN’. Saya sebut demikian, karena menurut kacamata pengamatan saya Sudan memang negara yang jauh dari unsur kemewah – mewahan. Sejak keluar bandara, hal pertama yang tertangkap mata saya adalah ‘kendaraan’. Tak tampak satu pun mobil mobil mewah sekelas Alphard, BMW, atau Landcruiser yang sering saya jumpai di Doha. Termasuk mobil jemputan saya, mobil yang bisa di bilang mini Elf, yang kalau di Indo ini mobil tipe lama syekalih sepertinya, mobil berkapasitas kira - kira 7 orang non supir, tanpa AC (entah rusak, atau memang irit bensin, hihi saya tak taulaah). Selama perjalanan mata saya disuguhi pemandangan yang bisa saya bilang Indonesia tahun 80’an, hehe. Tak ada gedung –gedung mewah, gemerlap, yang ada hanya bangunan – bangunan sederhana, yang sebagian masih dalam tahap pembangunan.


Kenapa demikian?
Sebelumnya mari kita tengok sedikit  historical nya Sudan. Sudan merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah perjuangan panjang untuk akhirnya sampai pada titik ‘Kemerdekaan’ nya pada 1 Januari 1956, setelah sebelumnya sempat di jajah oleh Britan, Mesir, dan juga Turki. Kemerdekaan ini pun tidak lantas menjadikan Sudan terbebas dari masalah dan melenggang menuju kemajuan. Pasca kemerdekaannya sudan justru menghadapi 3 masalah besar, yakni UU yang tak kunjung mencapai nota kesepakatan, masalah Sudan Selatan yang ingin memisahkan diri dari Republik Sudan, juga masalah pengembangan Sudan. Hal ini juga diperparah dengan konflik ideology yang terjadi antar partai yang kesemuanya ingin mencoba peruntungan untuk menyelesaikan 3 masalah tadi.


Itu baru masalah internal negara. Masalah Luar yang di hadapi Sudan pun tak kalah membingungkan dan bikin dilema. Bagaimana tidak, hingga hari ini setidaknya hampir 3 dekade Amerika menghukum perekonomian Sudan dengan berbagai alasan. Di mulai karena keterlambatan Sudan dalam membayar hutang – hutangnya, tuduhan bahwa Sudan mendukung gerakan Terorisme, karena pernah menjamu pimpinan AlQaeda (Osama Bin Laden) pada tahun  1991, dan alasan – alasan lainnya. Belum lagi permintaan Amerika agar Sudan melepaskan Sudan selatan dengan iming iming akan mencabut ‘embargo’ nya pada Sudan yang ternyata tak mengubah apapun.


Ya semua faktor inilah yang menurut saya menjadikan Sudan dan seisinya hingga saat ini sungguh serba sederhana☺. Mulai dari tempat tinggal, transportasi, sekolah, universitas, pusat perbelanjaan dan lain lain yang bisa saya katakan persis seperti Indonesia tahun 80 atau 90 an.


Tapi walau begitu, hal penting yang membuat saya kagum akan Sudan adalah penduduknya yang ramah – ramah. Kamu bisa ucapkan salam pada siapapun yang kamu temui di jalan, kenal atau tidak. Bahkan saat kamu hendak menawar ‘reksyah’, supir reksyah akan menyapamu dgn salam, atau ketika kamu ingin membeli sayuran di pasar. Yaa walaupun mereka semua seringkali salah paham, dan mengira saya dan teman- teman saya itu org china, sehingga mereka sapa kami dgn kalimat “nihao” haha. Tapi tak apa lah, selama mereka ga salam sambil bersiul ala anak tongkrongan di gang gang Jakarta.


Banyak lagi hal hal unik menantang lainnya yang akan saya ceritakan di postingan – postingan selanjutnya, pastinya masih seputar Sudan dan seisinya.

Ok now my adventure is begin.

Jumat, 11 Agustus 2017

From Jakarta (CGK) to Khartoum (KRT) by Malindo Air and Saudia Airlines

Di postingan sebelumnya, saya sebut kalau perjalanan saya menuju ibu kota Sudan, Khartoum bersama kawan2 awarder beasiswa KIIFAL (Khartoum international Institute for Arabic Language) memang agak termuter alias ga direct. Rute yang kami ambil adalah Jakarta (CGK) – Kuala Lumpur (KUL) dengan maskapai Malindo Air, lalu Kuala Lumpur (KUL) – Khartoum (KRT) pake transit di Jeddah (JED) dengan maskapai Saudia Airlines. Rute ini tentunya memakan waktu yang tak sebentar, kalau di jumlah – jumlah yaa hampir sekitar 24 jam. Sekali lagi rute ini sengaja kami ambil untuk menyiasati kantong kami agar cukup untuk menanggung biaya hidup di Khartoum setidaknya untuk satu bulan atau dua bulan ke depan (hehe..maklum beasiswanya ga full 😁).

Pada dasarnya untuk menuju Khartoum – Sudan dari Jakarta memang tak tersedia penerbangan direct, secara Sudan sudah beda benua dengan Indonesia, kalau langsung pastilah kita semua terdampar di awan karena pesawat kehabisan bahan bakar, haha😅. Untuk itulah semua perjalanan menuju Khartoum menggunakan rute Transit. Pilihan maskapai cukup beragam, namun memang di dominasi maskapai Negara Negara teluk seperti Saudia Airlines, Ettihad, Emirates, Qatar Airways dengan rentang harga dari Rp. 14.500.000,00- hingga Rp.22.000.000,00- (bisa di lihat detailnya diTraveloka.com). Cukup menguras kantong bukan?, naah setelah pencarian dan penelusuran panjang untuk harga tiket2 pesawat ini, akhirnya kami menurut pada saran salah satu staff KBRI KHARTOUM untuk memesan tiket lewat jasa travel indo yang ada di Sudan, karena menurut pengalaman beliau harga jauuuh lebih murah di banding kita pesan dari indo. Dan benar saja, berkat saran bapak staff ini dan pertolongan ALLAH SWT pastinya, kami dapat harga yang cukup cantik, yakni Rp.4.300.000,00- saja untuk rute KUL – KRT via JED dengan maskapai Saudi Airlines. Sedang untuk Rute CGK – KUL pilihan kami akhirnya jatuh pada Malindo Air dengan harga sekitar Rp.530.000,00- , jadi kalau di total tiket CGK – KRT yang kami pilih hanya seharga Rp. 4.830.000,00- (hehe amazing yaa 😇😇).

Kedua maskapai ini menurut kami cukup memuaskan, mengingat harga yang amazing tadi. Berikut saya review kedua maskapai yang mungkin bisa jadi referensi buat rekan – rekan yang berniat pergi ke Sudan.

Malindo Airways

Maskapai yang  namanya di ambil dari singkatan Malaysia dan Indonesia ini memang tak cukup familiar, pasalnya maskapai ini merupakan maskapai hasil “patungan” antar dua perusahaan, National Aerospace and Defence Industries (Malaysia) dengan PT. Lion Air (Indonesia) yang hanya terbang di kawasan sekitar ASEAN, INDIA, PAKISTAN, BANGLADESH dan SRI LANKA. Maskapai ini memang termasuk dalam rentetan maskapai penerbangan bertarif rendah, namun fasilitas dan pelayanannya cukup kita acungi jempol. Bagaimana tidak Malindo Air menyediakan free baggage untuk tiap passanger sebanyak 30kg plus free 7kg to cabin, ketika maskapai lain dengan rute yang sama hanya menyediakan free baggage 20kg (T*ger) atau bahkan tak sama sekali alias harus beli (A*R A**A), kece gak tuh?. Pesawat tipe AirBus (sepertinya, saya lupa juga :P ) dengan formasi seat  3 – 3  cukup nyaman dan ga sempit. Pramugari dan pramugaranya pun ramah ramah, dan yang tidak kami sangka lagi malindo menyediakan snack sarapan pagi untuk perjalanan yang hanya berdurasi 2 jam 5 menit saja (Masha Allah kan? ^_^). Saya sendiri sangat merekomendasikan maskapai ini bagi anda yang ingin merasakan penerbangan nyaman dengan low price, yakin ga nyesel dah..

Saudia Airlines

Ok lanjut maskapai kedua, bisa di bilang maskapai inti yang kami percayakan untuk menghantar kami menuju negri impian kami (ciaah). Saudia Airlines, dari namanya pasti tau lah yaa dari mana maskapai ini terbit, hehe. Yup, salah satu maskapai andalan negaranya dan banyak Negara lain yang namanya sudah cukup mendunia. So, sepak terjang maskapai ini sangat tak bisa di pandang sebelah mata. Pelayanan dan Fasilitas yang  tawarkan terbilang mumpuni. Mulai dari Baggage, untuk penerbangan dengan tujuan benua Afrika, maskapai ini menyediakan free Baggage sebanyak  2bags @ 23kg atau bisa diartikan kita di perbolehkan membawa dua tas jenis apapun, yang masing2  berat tasnya tidak lebih dari 23kg. Selain itu, seperti pada lazimnya free 7kg to cabin.  Armada tipe Boeing dengan formasi seat 3-3-3 dilengkapi dengan plane seat screen yang isinya cukup variatif dan ampuh buat ngusir bosen, bête, galau selama hampir 9 jam perjalanan dari KUL menuju JED.

Pastinya plane seat screen  ini di lengkapi dengan headset yang dibagikan berbarengan selimut, tapi NOTED! headset nya ga boleh masuk tas trus bawa pulang yak, hehe.. karena di bungkusnya tertulis “A cabin attendant will collect this headset before landing”,

tapi kalo selimut mah amaan, soalnya kita juga ambil masukin tas, haha lumayanan.

Ini berbanding terbalik dengan Qa*ar Airways yang semuanya bisa di bawa pulang, termasuk pouch yang isinya sikat gigi, odol bersize kecil, dan kaoskaki ( pouch ini ga ada yaa di saudia).

Kemudian soal perut niih, hihi (read : konsumsi/meals), untuk perjalanan berdurasi 9 jam ini Saudia menyediakan 2meals yang di hantarkan oleh pramugari dengan seragam khas Saudia yang lengkap dengan kerudung uniknya.

 Mereka akan menawarkan kita menu yang seingat saya saat itu pilihannya 2 (beef or chicken) dan saya pilih chicken saat itu yang disediakan lengkap dengan mineral water yang mini size tentunya, salad, bread sama butternya, dan brownies yang enak bangetttt *_* .

Meals selanjutnya pilihannya Cuma fish dan pasta, saya pilih pasta yang juga dilengkapi dengan bread sama butter,  sayuran semacam acar, dan pudding sama mineral water tentunya.

Lalu di nampannya itu ada cangkir kecil untuk kita yang ingin minum tea or coffee yang di tawarkan setelah pramugari selesai membagikan semua meals  ke seluruh penumpang. Ketika pramugari menawarkan tea or coffee, dia hanya bawa satu pot sedang (entah tea dulu apa coffee dulu) dan nampan yg isinya gula dan coffe creamer, jadi saat isi pot nya itu tea dan kita mau coffee kita harus sabar nunggu pot selanjutnya, hihi. Menurut saya hal ini sangat tidak praktis, dan lagi lagi berbanding jauh dengan Qa*ar Airways yang kalau menawarkan minuman, itu bawanya gerobak gede (haha) yang isinya lengkap semua ada dari mulai mineral water, tea, coffe (hot/ cool), juice, soda drink, sampe B*r pun ada. Kita tinggal sebut aja, dan ga perlu nunggu lama, karena pramugari pramugara Qa*ar Airways akan keliling dengan gerobak itu menawarkan minuman dengan amat sangat ramah setiap 15 menit sekali. Sedang Pramugari Saudia tidak serajin itu. Hehe harap maklum saya bandingkan dengan Qa*ar Airways, karena setahun kemarin saya berlangganan Qa*ar Airways dan saya sangat sangat puas. Tapi saudia ini, seperti saya bilang tadi, memuaskan.

Pada penerbangan JED – KRT armada yang digunakan saya tidak ingat betul, hanya formasi seatnya berubah jadi 2 – 4 -2 tapi tetap dilengkapi plane seat screen dan headset yang kali ini bisa di bawa pulang dan bisa di gunakan untuk hp (haha, plane acsessories hunter banget yak).

 Untuk perjalanan yang berdurasi tak lebih dari satu jam ini, saudia tetap menyediakan meals yg makanannya makanan bener bener arab, shawirma dengan pilihan rasa (fish dan apa saya lupa), yang menurut teman2 saya rasanya aneh, hahaha. Tapi tetep saya makan ko, maklum lapar menunggu lama di JED. Tidak hanya shawirma, ada juga apel juice dan mineral water yang di kemas dalam bentuk botol berisi sekitar 200ml, juga ada bread sama cheese butter dan juga kue bolu yang kesemua taste nya saya bilang maqbul.

Yaa walau bagaimanapun saya berterimakasih pada kedua maskapai yang sudah menganhantarkan saya dengan selamat sampai Sudan. Semoga bisa menjadi referensi buat para pembaca sekalian. And now, my adventure is begin..




Sabtu, 05 Agustus 2017

Sudan I'm coming (Arabic version)

جئتك يا السودان..
حان اليوم المنتظر، يوم ستبدأ فيه المغامرة الجديدة وربما ستكون أطول مما كانت في قطر.

أرض النيلين، هكذا يلقب الناس ببلاد يقع في شمال شرقي إفريقيا. سبب واحد ووحيد لم لقبت السودان بهذا اللقب هو لوقوع ملتقى نيلي الأبيض والأزرق ثم يولد منه نهر النيل الذي يسيل إلى أرض مصر ومصبه البحر الأبيض المتوسط.

لم أسافر في هذه رحلتي العلمية  وحيدا ولا مثنى كما ذهبت قطر في العام الماضي. أسافر الآن ومعي 4 طلبة من أنحاء إندونيسيا الذين حصلوا على المنحة الدراسية في برنامج الماجستير بمعهد الخرطوم الدولي للغة العربية كما حصلت عليها أنا أيضا. في هذه المرة لم ناخذ أنا وأصدقائي الرحلة المباشرة من المطار الدولي ببلادنا إندونيسيا إلى السودان بل حجزنا 3 تذاكر المتجه إلى 3 دول مختلفة بما فيها وجهة رحلتنا وهي السودان.  إذن نعتبر رحلتنا هذه بحول 3 دول في 20 ساعة (ما شاء الله علينا ^_^).

كانت رحلتنا فريدة جدا لن ننسها أبدا، لأن هناك أحداث خطيرة لكنها مضحكة. كادت الطائرة المتجهة إلى مدينة جدة من المطار الدولي الماليزي فاتتنا.  يمكنكم أن تتصروا كيف هيمن القلق علينا لحظة وقوفنا في طابور طويل للغاية  بقسم الهجرة والجوازات والوقت الحالي 11:50 بينما موعد إقلاع الطائرة  هو في 12:10 ظهرا بالتوقيت كوالا لمبور ماليزيا. لكن حمد لله وحده لا الغير، هناك موظفة من الخطوط الجوية التي استخدمناها ساعدتنا أن تتصل بطاقم الطائرة وأخبرتهم أن هنا تبقى 5 ركاب من هذا الطيران وطلبت منهم أن ينتظرونا إلى أن نصل هناك. لا سبيل لنا إلا أن نجري باسرع  ما استطعنا حتى لا تفوتنا الطائرة. فوالله العظيم كانت هذه الموظفة أيضا تجري معنا وترافقنا إلى بوابة الطائرة. لم نتعرف عليها ولم نشكرها لضيق الوقتن لكننا ندعوا الله لسهولة أعمالك وأمورك يا عمة، الله يكرمك الله يعطيك العافية. أفيدكم علما بأن سبب تأخرنا هذا سبب بسيط للغاية لكن من الخطورة  لو ننساه. السبب هو أننا قد نسينا أن نغير الوقت بالتوقيت المحلي وفي هذا الامر هو التوقيت كوالا لمبر ماليزيا وهو أقدم بساعة واحدة من توقيت جاكرتا. إذن أنصحكم يا جماعة الأ تنسوا أن تغيروا الوقت بالتوقيت الجاري في وجهة سفركم قبل هبوط الطائرة.

كانت الراحة الطويلة والمملة بمطار جدة تزين رحلتنا أيضا. الجلوس لمدة 5 ساعات بلا الشبكة الإنترنيتية تكون عذاب لنا (ههههههه). فنتساءل لم لا يوفر هذا المطار الدولي الضخم الشبكة الإنترنيتية للركابه الذين في انتظار تحويل الرحلات؟ والله  أعلم ^_^.

لا نستطيع أن نتخلص من النعاس الذي  أسفرت عنه رحلتنا الطويلة. فجلسنا ونمنا على مقاعيد المطار حتى لا ندرك أن الطيران المتجه إلى مدينة الخرطوم بالسودان كان جاهزا والبوابة قد فتحت. من المحظوظ أن أحد أصدقائنا لم ينم وأدرك بجهازة الطيران، فأيقظنا وسرعان ما نتجه إلى البوابة، لولا بفضله لفاتتنا الطائرة مرة ثانية (هههه والله العظيم).
كان الركاب  من السودان وأنحاء إفريقيا يمتلئون هذا الطيران. فقابلت مع بعض السودانيين وتحدثت معهم. وكلما تحدثت فهم يشجعونني ويقولون "ستستمتعين السودان" وقلت لنفسي "أتمنى ذلك". لم يمض ساعة والنصف من إقلاع الطائرة حتى هبطت الطائرة على أرض تحلم بها منذ الأيام، أرض النيلين.

لم نشعر بالغربة ولاالحيران في حين أدس أرض السودان، لأن هناك بعض الطلبة الذين ينتمون إلى اتحاد الطلبة الإندونيسية بالسودان يرحبون بمجيئتنا في هذه الارض ويرافقنا إلى باب 
غرفتنا في السكن (ما شاء الله عليهم) جزاكم الله خيرا. 

فالحمد لله على سلامة وصولنا في هذه الأرض. جئتك يا السودان!
انتظروا النشرات التالية التي ستحكي عن مغامراتي الممتعة في هذه الدولة بإذن الله تعالى.

Rabu, 02 Agustus 2017

Sudan, I’m Coming

 31 July 2017
Ok waktunya tiba. Setelah sejak  seminggu lalu mulai mulai hitung mundur hari, sambil rada mellow2 gitu, akhirnya datang juga waktu saya berpetualang lagi, tentunya tanpa bawa2 peta macem ‘dora’ ya hehe.. karena tujuan perjalanan saya sudah amat sangat jelas. Negeri Dua Nil, begitu sebutan masyhur untuk salah satu Negara berkembang yang terletak di timur laut Afrika ini. Tempat bertemunya Nil Biru dan Nil putih yang kemudian membentuk sungai Nil yang mengalir melalui Mesir ke laut mediterania.
Keberangkatan saya kali ini tentunya tidak sendiri, tidak juga berdua seperti saat saya pergi ke Qatar. Kali ini saya ditemani empat orang teman yang juga penerima beasiswa magister dari Khartoum International Institute for Arabic Language, yaa sebut saja mereka ini keluarga baru saya yang akan sama sama berjuang sampai dua tahun ke depan (atau harus bisa lebih cepat).




Rute keberangkatan yang kami ambil untuk bisa sampai ke Khartoum Sudan memang bukan rute yang praktis. Jakarta (CGK) – Kuala Lumpur(KUL), KUL- Jeddah, Jeddah – Khartoum (KRT) dengan estimasi waktu sekitar lebih dari 20 jam. Tentunya opsi ini kami pilih guna menyesuaikan kantong kami sebagai mahasiswa dengan beasiswa yang tidak meng cover  tiket pesawat. Tapi tak apalah, anggap saja kami keliling ke 3 negara dalam satu hari (gaya bet kan..haha).


Perjalanan panjang kami memang sangat sangat berkesan. Bagaimana tidak, perjalanan kami ini sempat di warnai aksi lomba lari sprint di KLIA  karena hampir saja kami tertinggal pesawat. Anda mungkin bisa membayangkan bagaimana kepanikan kami kala itu, pesawat kami take off pukul 12.10 waktu Kuala Lumpur, sedang pukul 11.50 kami masih berbaris di line imigrasi yang meng”ular”. Beruntung petugas maskapai yang kami pilih ini berbaik hati menghubungi crew pesawat, meminta agar kami tidak ditinggal.  Dia juga yang menghantar kami sampai gate pesawat sambil berlari. Ah,entah siapa mak cik itu, tak sempat berkenalan dan ucapkan terimakasih, tapi kami doakan mak cik selalu di mudahkan urusannya oleh ALLAH SWT, aamiin. Semua keterlambatan ini sebenarnya karena hal sepele, hihi. Kami hanya lupa mengubah jam dengan waktu setempat, yang dalam hal ini Kuala Lumpur satu jam lebih dulu dari pada Jakarta. Lalu kami mengira waktu masi cukup, tapi ternyata kami salah perhitungan. Hahaha. Ini bisa jadi pelajaran buat rekan rekan yang hendak pergi ke luar negeri,” JANGAN LUPA RUBAH SETTING JAM ANDA SESUAI DENGAN WAKTU DI TEMPAT TUJUAN ”.

Rehat panjang membosankan (kurleb 5jam) tanpa sambungan internet di Bandara Internasional King Abdul Aziz (Jeddah) juga turut mewarnai perjalanan kami. Sempat terheran kenapa bisa bandara internasional di Negara sebesar Arab Saudi tidak di lengkapi dengan fasilitas WiFI. Apa mungkin mengantisipasi penyalah gunaan internet yang mungkin saja bisa membahayakan Negara? Entahlah..


Kapok dengan yang kami alami di KLIA, kami menghampiri gate sesaat setelah petugas mengumumkan bahwa pesawat kami telah siap dan gate telah di buka. Itu pun karena salah satu dari kami masih terjaga matanya dari kantuk yang tak dapat kami elakkan lagi, kalo semua tertidur mungkin kami ketinggalan lagi (hahaha).

Penerbangan  Jeddah (JED) – Khartoum (KRT) memang tak memakan waktu banyak, bahkan lebih singkat dari penerbangan Jakarta( CGK) – Kuala Lumpur (KUL). Penumpang pada penerbangan kali ini sudah di dominasi oleh orang – orang Sudan yang menurut saya sangat ramah. Karena beberapa kali saya mengobrol dan bertegur sapa dengan mereka, mereka selalunya memotivasi dan bilang “ستستمتعين السودان"  wish u enjoying sudan. yeah I hope so.

Tiba di bandara Internasional Khartoum kami di sambut hangat oleh beberapa pengrus PPI dan PPPI Sudan, tidak hanya menyambut dan berkenalan ria, kami juga di hantar sampai pintu kamar kami masing – masing, Masha Allah, jadi ga berasa asing banget. Terima kasih banyak rekan rekan PPI dan PPPi Sudan yang luar biasa.





Oiya perjalanan panjang kami ini menggunakan dua maskapai yang lumayan memuaskan, Malindo Air dan Saudia Airlines yang akan saya ceritakan di postingan berikutnya detail fasilitas pelayan hingga pilihan harga yang mungkin bisa jadi referensi anda.
Dakhiliyah al Iman - Khartoum, 3 agustus 2017