Rabu, 20 November 2019

Nol

Aku pernah begitu yakin dgn apa yg aku pilih..
Lalu aku melakukan bnyak hal dgn harapan semua akan berbalas sama..
Aku jga pernah mengira bahwa semua yg berlaku adalahadala dr do'a2ku..
.
.
Tapi saat semua yg diharapkan tak sesuai..
.
.
Tangisku pecah..
Amarahku bergejolak meski sudah d tahan..
Kata2ku mulai tak beraturan..
Menyalah2kan keadaan..
Benci..kesal..ingin rasanya berteriak..
Tapi akhirnya aku terkulai..
.
.
Aku merenung..
Kuresapi..
Kutemui betapa maha dahsyat Tuhan yg sdg membuktikan bahwa tak ada yg luput dr keadilan dan kasih sayangnya..
Yg ada hanya akulah si Nol, yg sll merasa semua hal tentang ku adalah 10..
.
.
Tp ku lupa..bahwa satu itu adalah Tuhan yg berhak sombong bukan aku..
Satu adalah Tuhan dgn takdirNya, satu adalah Tuhan dgn Keperkasaannya..
.
.
Astaghfirullah rabbal Baroya..
Astaghfirullah minal khothoya..

Sendu

Malam ini..
Di bawah rintik gerimis, ku tengadahkan wajah menatap langit..
Menikmati hitam tanpa rembulan..
Membiarkan butiran air langit menyapa wajah tanpa ekspresiku..
Semakin dalam ku tatap langit dan tetap kubiarkan gerimis yg semakin banyak membasahi seluruh bagian wajah..

Aku enggan pergi..aku ingin memaksa setiap gerimis yg menetes agar meredam apa yg kusebut sendu di momen bahagia yg hampir tiba..

Aku ingin memaksa rintik air langit Yang hampir menyatu dgn air mata itu mengingatkanku bahwa penantian ini masih akan berlangsung dan mgkin dalam episode yg tak sedikit..

Aku jga ingin memaksa rembulan yg  tak tampak agar menyadarkanku akan sandaran terbaik untuk menggantungkan harap..
Bukan padanya yg menjanjikan..
Bukan padanya yg memberi harap..
Tapi ..
Padanya yg Maha menentukan..

Krn Dia lah yg sudah dan akan menuliskan lembar demi lembar skenario terindah bagi buku yg berjudul "Takdirku"..
Maka mari berhenti meratapi sendu..

Cilebut, 19 November 2019